ASAL USUL NAMA JUBATA

ASAL USUL NAMA JUBATA
Asal usul nama Jubata tidak ditemukan dalam cerita rakyat, baik dalam dongeng, legenda maupun mitos yang ditutur kan secara turun temurun. Pengertian berdasarkan etimologis kata “jubata” tidak dapat diuraikan. Dengan demikian penelusuran nama Jubata hanya dapat ditelusuri berdasarkan sejarah masuknya agama-agama di Kalimantan, karena nama Jubata juga sangat erat berkaitan dengan kepercayaan atau agama masyarakat. A. Bukti-bukti Historis Yang berkaitan dengan nama Jubata Agama Hindu masuk di Kalimantan dikuatkan dengan bukti-bukti sejarah yang ditemukan di berbagai tempat. Di Kalimantan Barat, ditemukan tulisan teks bahasa sangskerta yakni batu pahat di batu pahit (dekat sungai Tekarek anak sungai Kapuas) dibuat akhir abad ke 4 (380-420 M). Benda yang disebut Lingga (Phalus) dan patung Ciwa (Putung Kempat) di Nanga Sepauk kabupaten Sintang. Kapak batu, stone tablet juga ditemukan di kampung Lingga-Nanga Belang, kecamatan Putusibau (Kapuas Hulu), merupakan simbol penyembahan Hindu Syiwa. Sejajar dengan dengan hasil penelitian Koentjara Ningrat tentang keberadaan kerajaan Hindu yang berkembang di Muara Kuantan, daerah Kutai, pantai timur Kalimantan. Munculnya kerajaan Hindu di pegunungan Sidiniang (kerajaan Sidiniang), di Pekana-Sangkikng, Kecamatan Mempawah Hulu Kabupaten Landak, dengan rajanya Patih Gumantar, sekitar tahun 1380 M. Peninggalan kerajaan ini berupa sebuah keris hadiah yang disebut keris Majapahit, diberikan oleh Patih Gajahmada kepada patih Gumantar saat kunjungannya ke Muang Thai, untuk mempersatukan seluruh nusantara dengan maksud membendung serangan balasan dari Tiongkok, (peristiwa Kubalai Khan). Edi Petebang menyebutkan kesejajaran dengan nama sebutan “Yang Tertinggi” di berbagai daerah Kalbar, menunjukkan pengaruh Hindu, misalnya: Dauta (Dayak Simpang; Ketapang), Nyabata (Dayak Bakati’ :Sambas), Duwato (Dayak Pesaguan: Ketapang). Nama Jubata sebagai ilah tertinggi, dikenal secara umum oleh rumpun suku Dayak yang mendiami sepanjang aliran Sungai Landak, dan anak-anak sungainya, Sungai mempawah dan sungai Sambas dan anak-anak sungainya. Bukti-bukti historis tentang keterkaitan nama Jubata dengan oerkembangan Agam Hindu di Kalimantan Barat terutama, di daerah Dayak Kanayatn, ada sebuah altar dari batu berbentuk segi empat, di tengah-tengahnya ada batu bulat telur, benda peningglan tersebut berada di puncak gunung Bawang, diidentifikasi sabagai simbol penyembahan terhadap Dewa Syiwa. Membakar mayat di tempat yang disebut patunuan ditemukan pada sebagian besar perkampungan wilayah-wilayah Dayak Kanayatn. Diperkirakan mulai dirubah tahun 1700 M, ne’ Matas memperbaharui pemakaman masyarakat, kebiasaan membakar mayat diganti dengan cara menguburkan mayat ke dalam tanah. Legenda Riya Sinir, yang hidup kira-kira tahun 1370-1470 M, berasal dari desa Jering-Setolo, Kecamatan Darit, diyakini telah mengalami muksa atau hilang raib karena kesaktiannya telah mencapai kesempurnaan. Dengan demikian Nama Jubata juga berkaitan dengan istilah dewata dalam kepercayaan Hindu. Namun pada masa kerajaan Hindu, nampaknya pengaruh agama tersebut hanya pada kalangan tertentu saja, yakni para tokoh dan petinggi kerajaan, ajaran agama Hindu tidak dikenal masyarakat. Sebab konsep-konsep dasar agama suku sangat jauh berbeda dengan Hindu. Akan tetapi diduga kuat nama “Jubata” muncul pada masa kerajaan Hindu disesejajarkan dengan “dewata” , sebagai upaya apologetis untuk melawan konsep dan ajkaran Hinduisme, yang dianggap dari luar.


Komentar

Postingan Populer